Selasa, 05 Oktober 2010

SEMOGA BERMANFAAT

Teman-teman Sedulur Se-“Cawan Teguk Air-Minum” (Fil-Masyrob),

Saya sempat melihat di Beranda fb saya, ada teman yang menautkan statusnya dengan status orang lain. Setelah saya baca, status orang lain dimaksud, berisi uraian atau penjelasan tentang Makrifat, Istiqomah, beserta fadlilah-fadlilahnya dan seterusnya. Jujur, saya mengenal orang dimaksud, dan saya yakin beliau ybs juga mengenal saya. Setahu saya, beliau ini juga murid tarekat. Namun rupanya akhir-akhir ini jarang kelihatan atau sudah agak lama tidak aktif dalam kegiatan di pertemanan Al Khidmah. Saya juga mencoba masuk dan membaca status-statusnya yang lain. Hampir seluruhnya, memang berisi wacana uraian atau penjelasan dalam tataran “berangkat” atau “meniti perjalanan” atau “suluk” ilaa Hadroti-Allahi Sub-haanah. Memperhatikan koment-koment teman-temannya, banyak juga yang sempat kagum terhadap beliau atau isi statusnya.

Melalui tulisan ini, saya sekadar ingin mengingatkan diri saya sendiri, dengan berbekal sedikit apa yang mampu saya serap dan resapkan dari Syaikunal-Kaamil Romo KH Ahmad Asrori Al Ishaqi RA, wa Bi BarkatiHhi wa KaromaatiHhi wa ‘UluumiHhi wa AsrooriHhi, semoga juga ada manfaatnya bagi yang lain. Amin.

Kita, memang diharuskan menjalankan / mengikuti / meniru semua apa yang telah diteladankan / diajarkan / ditata / dididikkan oleh Guru kita RA. Akan tetapi, mohon dan semoga tidak keliru, kita TIDAK DIANJURKAN untuk berbuat / bersikap / bergaya / berposisi MENYERUPAI seperti Guru kita RA ; terutama dalam hal bagaimana Guru kita RA, selaku Sang Penuntun, mendidik atau mentarbiyah kita para murid-muridnya. Karena otorisasi tarbiyyah itu hanya di Murobbi Guru. Jika seorang murid melakukan perbuatan “menyerupai” Gurunya (“talbis”) maka dikhawatirkan, wa na’uudzu billaaHh, dirinya akan jatuh dalam jurang syirik keguruan. Demikian pula sebaliknya, kita selaku murid, TIDAK DIANJURKAN untuk menerima didikan atau menyerap tarbiyyah dari orang atau sumber lain, selain Guru kita RA.

Untuk keperluan dan atas niat tular-tular kebaikan, tadzkiroh atau lain sejenisnya, kepada sesama teman murid, kita bisa menyampaikannya dengan mendahulukan mencantumkan sumber dari mana atau dari siapa kita peroleh. Misalnya : “Dulu Yai pernah Dawuh seperti ini…,” atau “Saya ingat dulu Yai pernah menegur saya dengan Dawuh begini …” dan begitu seterusnya. Begitulah kita diajari dan dididik. Tentu dan pasti bukan untuk kepentingan diri keunggulan nama Sang Guru, tapi supaya dalam diri kita tertanam Akhlaq Al Karimah.

Kenapa demikian? Karena kita meyakini bahwa hidayah beserta semua nilai manfaat, dun-yan wa ukhron, sebagai karunia pemberian Allah SWT itu, hanya bisa tersalurkan jika melalui Akhlaq Al Karimah, sebagaimana halnya dengan kandungan Al Qur’an Al Karim yang hanya melalui Rasulullah SAW. Jadi kalau mau dibalik dalam kalimat Tanya : Bagaimana mungkin seseorang bakal memperoleh Hidayah dari Allah SWT, sementara ilmu yang diserap bersumber dari atau melalui orang yang tidak berakhlaq?

Semoga Allah SWT senantiasa menuntun kita, melalui tuntunan guru kita RA. Juga, semoga tulisan ini mengarah dan diarahkan untuk kebaikan semuanya. Bukan justru untuk beradu argument atau merasa disalahkan atau ingin menyalahkan orang lain.

1 komentar:

  1. The best casino site for playing real money gambling on
    The luckyclub.live Best Online Casino Games in 2021 · Play Blackjack, Roulette & More · 1. Wild Casino – The home of casino games.

    BalasHapus